Merespon Aksi Unjuk Rasa Tolak Relokasi Perambah TNTN, Tokoh Pelalawan Beri Tanggapan Menohok

Rabu, 18 Juni 2025 | 21:38:11 WIB

PELALAWAN (Populisnews) – Sejumlah tokoh masyarakat, mahasiswa, hingga aktivis Kabupaten Pelalawanemberikan tanggapan menohok atas aksi unjuk rasa  yang mengatas namakan masyarakat dan mahasiswa Pelallawan di depan Kantor Gubernur Riau, Rabu (18/6/2025).

Sejumlah tokoh menegaskan bahwa aksi tersebut tidak merepresentasikan aspirasi masyarakat Pelalawan secara keseluruhan.

Tokoh Masyarakat dari LAM Riau Pelalawan, Datuk Seri Tengku Zulmizan Assagaf, menolak keras penggunaan nama masyarakat Pelalawan dalam aksi tersebut.

“Pertanyaannya, mahasiswa dan masyarakat Pelalawan yang mana? Mungkin benar ada mahasiswa dari kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), tapi tidak bisa serta-merta mengatasnamakan masyarakat Pelalawan secara umum,” kata Datuk Seri Tengku Zulmizan, Rabu (18/6/2025).

Ia menilai penggunaan nama tersebut justru bertentangan dengan fakta di lapangan. Menurutnya, mayoritas masyarakat dan mahasiswa Pelalawan mendukung penuh langkah Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) dalam merehabilitasi dan menghutankan kembali wilayah TNTN.

“Saya pastikan itu keliru. Justru mayoritas mahasiswa dan masyarakat Pelalawan mendukung Satgas PKH untuk menghutankan kembali kawasan TNTN. Itulah idealisme mahasiswa yang sesungguhnya,” ujarnya.

?Zulmizan mengungkapkan bahwa dirinya telah mengonfirmasi langsung kepada berbagai organisasi kemahasiswaan asal Pelalawan, seperti Himpunan Mahasiswa Pelalawan (Hipmawan) Pekanbaru, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Pelalawan Bersatu (IPMPB), serta Ikatan Keluarga Mahasiswa Pelalawan Indonesia (IKMPI). Selain itu, ia juga telah berkoordinasi dengan organisasi ekstra kampus seperti HMI dan KAMMI Cabang Pelalawan.

“Ternyata semua menyatakan tidak terlibat dalam aksi tersebut. Bahkan kemungkinan besar mereka akan mengeluarkan klarifikasi terbuka ke media,” tegasnya.

Zulmizan menambahkan, pihaknya tidak menuduh demonstran "Menjual nama Pelalawan", namun ia menilai wajar jika masyarakat mempertanyakan siapa sebenarnya yang mereka wakili.

“Kalau membawa nama Pelalawan secara umum, tentu akan banyak yang keberatan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa lebih banyak mahasiswa dan masyarakat Pelalawan yang mendukung Satgas PKH,” imbuhnya.

Ia menduga, ada unsur subjektivitas dalam aksi tersebut. Dicontohlannya sebagian dari pengunjukrasa itu merupakan warga atau memiliki keluarga yang tinggal di kawasan TNTN. "Sebaiknya mereka menyebut diri sebagai Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Pro Sawit Tesso Nilo',” tutupnya.

Senada dengan LAMR Pelalawan, tokoh muda Pelalawan Joe Kampe juga menyayangkan aksi tersebut yang dianggap mencatut nama masyarakat Pelalawan.

“Kami, sebagai putra daerah Pelalawan, menyatakan dukungan penuh terhadap Satgas Penertiban Kawasan Hutan di TNTN. Tim yang dibentuk atas instruksi Presiden Prabowo Subianto ini layak diapresiasi karena berjuang menjaga kelestarian hutan dan satwa,” kata Joe Kampe.

Ia juga mengkritik aksi demonstrasi yang merusak fasilitas di sekitar kantor gubernur, aksi menyampaikan pendapat justru merusak tanaman di lingkungan kantor gubernur.

"Boleh menyampaikan pendapat, tapi jangan anarkis” ujarnya.

Joe menyerukan agar seluruh masyarakat mendukung program penyelamatan hutan, serta mendorong pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan tokoh adat untuk mengawal proses penertiban secara adil dan tanpa tebang pilih.

“Dukungan dari tokoh masyarakat, aktivis, dan putra daerah diharapkan memperkuat langkah Satgas menjaga Taman Nasional Tesso Nilo sebagai warisan ekologis bangsa,” harap Joe.

Pun begitu dengan IPMPB, melalui Wakil Ketua Umumnya Rendi Wiranata juga menegaskan dukungan mahasiswa Pelalawan terhadap Satgas PKH dalam menghijaukan kembali kawasan TNTN. Ia baginya pemulihan hutan penting untuk mencegah konflik antara manusia dan satwa liar.

“Kami tidak ingin satwa liar yang seharusnya hidup di kawasan TNTN malah masuk ke kampung-kampung dan mengancam keselamatan warga. Seperti kejadian beberapa waktu lalu, seekor gajah liar masuk ke pemukiman warga. Hal serupa bisa terjadi lagi jika hutan tidak dijaga,” kata Rendi.***

Terkini