Satu Jam Bersama Gubernur Riau

Edy Natar, Sang Visioner dan Agamis

Edy Natar, Sang Visioner dan Agamis
Ketum PJS Mahmud Marhaba, Ketua DPD PJS Riau Yanto Budiman dan Kabid Perempuan DPP PJS, Wina Choswara foto bersama Plt Gubernur Riau, Brigjen TNI (purn) H Edy Natar Nasution, Senin (27/11/2023)

RAMAH dan sederhana. Begitulah kesan pertama saat kami berjumpa dengan sosok visioner yang penuh dedikasi satu ini. Jauh dari bayangan banyak orang tentang pemimpin dari kalangan militer yang terkesan kaku dan tegas. 

Brigjen TNI (Purn) Edy Afrizal Natar Nasution S.I.P, yang baru saja dilantik sebagai Gubernur Riau pada 27 November lalu,  menampilkan 'genre' berbeda. Luwes saat menyambut kehadiran kami (Mahmud Marhaba, Yanto Budiman dan Wina), usai pelantikan.

Sosok tegas yang murah senyum ini kalau bercerita sangat asyik tuk didengar. Runut dan penuh harapan. Waktu satu jam serasa sebentar sangking asyiknya mengobrol tebtang banyak hal. Khususnya, soal hidup dan kehidupan dalam beragama.

Dalam percakapan santai kami, Gubernur Riau ke-13 ini menyampaikan asanya untuk masa depan Riau. Ia membagikan sejumlah ide dan gagasan cemerlang. Termasuk soal bagaimana membentuk akhlak aparatur pemerintah dengan pendekatan yang lebih kepada sang pencipta.

Iniah yang menjadi nilai plus Edy Natar. Karakter keras bawaan di militer, tak mengharuskan ia bersiiap kaku saat dipercaya duduk di pemerintahan. Tegas iya, tapi bukan berarti keras tanpa alasan.

Bicara soal Provinsi Riau, Edy mengatakan kalau Riau memiliki banyak potensi yang perlu dikembangkan. Misalnya, lahan tidur yang belum termanfaatkan dapat diubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan untuk masyarakat. 

"Mengapa kita harus mengimpor sayur-sayuran dan buah-buahan dari provinsi tetangga? Mengapa tidak kita coba menanamnya di tanah kita sendiri? Sementara potensi daerah kita cukup besar,” ujar suami dari Hj Suti Mulyati ini.

Ayah 3 orang anak ini mencontohkan Kabupaten Bengkalis, tanah kelahirannya itu terkenal dengan kelezatan buah durian. Ini menjadi perhatian baginya, karena ia memiliki  hoby berkebun dan menanam buah-buahan.

“Mengapa kita tidak memaksimalkan potensi ini untuk menarik wisatawan? Banyak tanah di Bengkalis yang belum dimanfaatkan dengan baik,” tambah pria berusia 62 tahun ini.

Baginya kabupaten yang berjuluk Kota Terubuk ini banyak menyimpan potensi, mulai dari wisata pantai hingga wisata kebun, terutama durian yang memang sudah termasyur di pelosok Riau. 

Selain bidang pertanian, Edy juga menungkap keinginannya untuk mengembangkan objek wisata di Riau. Ia bermimpi menggabungkan objek-objek wisata, pertanian dan peternakan menjadi satu paket.

“Misalnya sebelum menuju ke Kota Siak, di Dayun kita bisa memembangun perkebunan  dan peternakan yang nantinya akan dikunjungi juga oleh para pelancong. Disana ditanami buah-buahan khas daerah seperti manggis dan durian, dipadukan dengan peternakan ikan, ayam, dan kambing dalam satu lokasi,” paparnya.

Kolaborasi dan Sinergitas

Edy Natar juga membagikan pengalamannya selama menjabat Wakil Gubernur Riau mendampingi Syamsuar.  Salah satunya tentang pentingnya membangun  komunikasi yang baik dengan semua pihak, khususnya dengan para Bupati dan Walikota di Riau.

"Yang punya wilayah itu kan Bupati dan Walikota. Gubernur dan wakil Gubernur satu box cuma sebagai kordinator dan perpanjangan tangan Pusat di daerah. Jadi komunikasi dan kolaborasi serta sinergitas menjadi kunci penting dalam memajukan dan menyejahterakan seluruh masyarakat Riau," terangnya.

Selama ini, kata Edy  hal itu belum dilakukan secara konsisten. "Komunikasi, itulah yang akan terus saya bangun disisa masa jabatan yang sangat singkat ini. Dengan komunikasi yang baik tak ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan," katanya mengakhiri perbincangan kami.

 

Sekolah Tahfiz

Sambil menikmati secangkir kopi dan kudapan, mantan Komandan Korem 031/Wirabima yang pernah bertugas di Bengkalis ini juga mengungkap keinginan pribadinya. Jebolan Akmil tahun 1984 ini diam-diam sedang membangun sekolah tafiz Quran yang berkonsep semi militer. 

Katanya, sekolah ini berbasis tafiz Quran dan semi-militer. Seleksinya ketat, setiap pelajar harus hafal minimal 10 juz ayat Al-Qur'an.

Selain itu, sekolah ini juga membatasi calon siswanya. Tak lebih 10 siswa saja setiap tahunnya. Hal ini dilakukan agar siswa fokus dalam belajar, yang nantinya akan menjamin kualitas para lulusan. 

Niatnya ini sudah disampaikan kepada kepala SMA Negeri 1 Pekanbaru dan Korem 031/Wirabima agar para lulusan dapat diterima di akademi militer setelah tamat.

“Sekolah ini setingkat dengan SMA. Setelah tamat, kita akan memprioritaskan para siswa agar dapat diterima di Akmil,” ucapnya.

Dikatakan Edy Natar, bahwa tujuan sekolah yang didirikan adalah mencetak prajurit yang handal dan cinta Al-Qur'an.

“Bukan tidak mungkin, 20 tahun ke depan akan banyak jenderal dari Riau yang hafal Al-Qur'an 30 juz,” ujarnya penuh harapan.

Ia pun berbagi tentang konsep sekolah yang akan dibangun di Tenayan Raya, Pekanbaru. Sekolah tersebut ia bangun di tanah pribadinya. 

Disekeliling sekolah akan dibangun barak- barak sepeti barak militer yang menjadi tempat tinggal para siswa. Lokasi tersebut juga ditanami berbagai buah-buahan, seperti durian dan lengkeng.

“Lokasinya di kebun saya sendiri. Baraknya tidak terlalu besar karena kita tidak menerima banyak murid,” pungkas Edy, diakhir perbincangan kami.(*)

Sumber: Wina Choswara 

Penulis adalah Kabid Perempuan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pro Jurnalismedia Siber (PJS)

Berita Lainnya

Index