Real Count Bermasalah, KPU Diminta Tutup Aplikasi Sirekap

Real Count Bermasalah, KPU Diminta Tutup Aplikasi Sirekap
Caleg DPD RI, Hj Mimi Lutmila S.Si bersama tim saat bersosialisasi ke tengah-tengah masyarakat.

Pekanbaru,populisnews.com - Penayangan perolehan suara perlu dihentikan sementara karena Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) bermasalah. Banyak data yang ditampilkan tidak sesuai dengan data C1.

Calon legislatif (Caleg) untuk Dewan Perwalian Daerah (DPD) RI, Daerah Pemilihan Riau,  Hj Mimi Lutmila S.Si kembali menyatakan penghitungan suara (real count) Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan sistim Sirekap sebaiknya ditutup saja.

Ini dikatakan Mimi karena banyak data yang ditampilkan tidak sesuai dengan hasil perhitungan suara di setiap TPS. Jumlahnya bahkan melebihi kapasitas DPT.

"Mana ada DPT di setiap TPS itu mencapai ribuan. Nah, ini yang kita lihat dari Sirekap itu. Dimana untuk satu TPS itu ada perolehan suara beberapa orang Caleg yang mencapai 900 lebih," ucap Mimi kepada media ini sembari memperlihatkan situs KPU yang menampilkan perolehan suara untuk DPD, Selasa (19/2/2024).

Wanita enerjik yang dikenal sebagai 'si Jilbab Merah' ini menyebutkan Sirekap yang ditayangkan KPU itu telah menimbulkan keresahan antar Caleg yang bersaing di Pemilihan Legislatif 2024.

"Jelas ini telah memunculkan opini tak baik di tengah-tengah masyarakat. Karena masyarakat taunya data dari Sirekap itu saja. Untuk itu saya minta kepada KPU untuk menutup saja situs real count tersebut," tegas Mimi.

Seperti yang disampaikan Mimi dalam berita sebelumnya, dari hasil Sirekap ada beberapa calon mendapatkan jumlah suara di real count sebanyak 995 suara, namun di lembar C1 hanya mendapat 5 suara.

Hal ini terjadi di TPS 11, Desa Siberuang, Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar. Dimana jumlah suara yang tertera sangat tidak realistis.

Hukum Alam
Hal yang sama juga disampaikan Caleg DPR RI Dapil Riau 1, Fajar Menanti S. Dia mempertanyakan fungsi dari semua institusi kegiatan real count tersebut yang datanya tidak sinkron dengan data C 1.

Fajar Menanti S

 

"Ini menyesatkan, karena data yang ditampilkan di real count dan di C1 itu tidak sinkron. Untuk apa situs ini dibuat kalau hanya akan membuat resah," ucap Fajar yang dihubungi via selulernya, Selasa (20/2/2024).

Hal ini disebutkan Fajar setelah melihat hasil perolehan suaranya yang terus berubah. "Kemarin 1.900 lebih, sekarang tinggal 698. Ada apa ini? Kok bisa suara kita berubah. Bukannya naik, eh malah melorot turun," ketua Fajar.

Ketua Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) ini melihat hasil Sirekap menduga ada permainan 'jual beli' suara oleh caleg dari partai-partai besar.

"Bukan tidak mungkin terjadi jual beli suara di tingkat penyelenggara pemilu. Mentang-mentang suara partai kita kecil, mereka menganggap tidak akan dipedulikan, nanti dulu. Walau sedikit, kami akan kawal suara kami," tegasnya.

 

Tak sampai disitu, Fajar juga mengingatkan kepada semua orang jika ada yang mempermainkan suara 'jual beli' maka akan memperkarakannya.

"Tak sanggup dengan hukum KPU, hukum alam kita lakukan. Jadi, jangan coba-coba untuk berbuat curang," pungkasnya.

Tutup Aplikasi 
Sebelumnya, Ketua Bawaslu, Rahmat Bagja juga meminta kepada KPU untuk menutup sementara aplikasi Sirekap karena banyak kekeliruan.

Adapun masalah yang terjadi ialah banyaknya data pada formulir C hasil penghitungan suara di tempat pemungutan suara (TPS) yang tidak terkonversi secara akurat menjadi data pada Sirekap.

"Menghentikan terlebih dahulu penayangan informasi data perolehan suara, namun tetap melanjutkan form pindai model C hasil diunggah pada pemilu2024.kpu.go.id sampai kendala sistem pada Sirekap dapat membaca data yang tertera pada form model C hasil secara akurat," kata Bagja, dikutip dari laman suara.com, Senin (19/2/2024).

Selain itu, Bawaslu juga meminta KPU untuk lebih sigap dalam memperbaiki kesalahan data pada Sirekap dan terus memantau secara berkelanjutan terhadap data yang dikonversi Sirekap.

Terlebih, foto formulir C hasil dan perolehan suara secara real count pada laman pemilu2024.kpu.go.id bisa diakses dan dibandingkan secara bersamaan.(*)

Berita Lainnya

Index