Oleh: Muhammad Yasir
MESKIPUN sejumlah nama tokoh sudah muncul ke permukaan sebagai kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur Riau (Pilgubri), namun konstelasi Pilgubri 2024 masih belum pasti.
Kepastian baru didapat pada Agustus 2024 saat pendaftaran Calon Kepala Daerah (Cakada) dibuka. Artinya, kurang lebih 3 bulan dari sekarang semua terlihat jelas. Siapa berpasangan dengan siapa.
Menyibak tirai Pilgubri tahun ini terasa sangat sulit. Pasalnya, beberapa nama tokoh yang muncul masih 'sibuk' mencari perahu (partai) untuk berlayar, dan tandem sebagai pasangannya. Tentu kondisi ini terjadi pada mereka yang bukan ketua atau kader partai.
Salah satu kandidat kuat yang namanya meroket saat ini adalah mantan Wakil Gubernur Riau H Edy Natar Nasution. Hingga kini belum jelas apakah sosok satu ini akan bisa ikut bertarung atau tidak.
Walau Edy Natar tercatat sebagai Ketua Dewan Pakar Partai NasDem Riau, namun partai besutan Surya Paloh itu belum menentukan sikap terkait siapa yang akan diusung. Jadi, semua tergantung dari kemampuan Edy Natar dalam meyakinkan partainya agar bisa mendapat tiket untuk berlayar.
Ketidakpastian ini tentu memusingkan. Ia harus kerja ekstra keras untuk bisa mendapatkan dukungan partai politik. Pendekatan dan lobi-lobi harus dilakukan untuk mewujudkan keinginannya. Upaya itu dilakukan Edy Natar dengan mendaftar ke beberapa partai, salah satunya PDIP.
Dia juga cukup intens membangun komunitas politik dengan partai partai lain. Sebab tak mungkin parpol hidup sendiri tanpa berkoalisi dengan partai lainnya. Secara fatsun politik hal ini sudah dipraktekkan oleh Edy Natar Nasution
Bagaimana jika ada tawaran partai lain yang mensyaratkan untuk menggandeng kadernya? Peluang ini yang harus ditangkap. Karena beberapa partai saat ini mengalami 'krisis' kader untuk dimajukan sebagai calon gubernur. Seperti hal yang dialami PDI Perjuangan.
Adapun Zukri Misran sebagai kader terbaik, tapi lebih diplot untuk tetap bertahan di daerahnya Kabupaten Pelalawan. Praktis tinggal calon wakil gubernur saja yang bisa diharapkan untuk ikut meramaikan kontestasi pilgubri.
Yah, sepertinya bergaining position inilah yang akan digunakan PDIP untuk bisa berperan di pemerintahan Provinsi Riau lima tahun ke depan. Siapa yang mau menggandeng kader PDIP sebagai tandem, maka dia lah yang akan mendapat tumpangan perahu partai pemenang pemilu tersebut.
Ada tiga nama yang tercatat mengembalikan formulir pendaftaran Cakada. Ada Ian P. Siagian, Mimi Lutmila, dan Dian Wahyuni Esman. Dan dari tiga nama ini, satu diantaranya sudah memiliki basis massa jelas.
Dia adalah Hj Mimi Lutmila S.Si. Tercatat sudah 22 tahun berkiprah di PDIP. Dan dalam pertarungannya pada Pileg DPD 2024 lalu, Wanita yang akrab disapa "Si Jilbab Merah" ini sukses meraup suara signifikan. Lebih dari 128 ribu suara berhasil ia dapatkan. Sayang, perolehan suaranya itu masih belum bisa menghantarkannya ke Senayan.
Kembali membaca Peluang koalisi Edy Natar - Mimi Lutmila, kans untuk menang tentu terbuka lebar. Popularitas Edy Natar sebagai orang yang pernah bersama Syamsuar memimpin negeri ini akan semakin kuat dengan dukungan PDIP sebagai partai pemenang pemilu. Ditambah lagi dengan basis real dari Mimi Lutmila.(*)
Penulis adalah Ketua DPC Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Kota Pekanbaru.