Oleh: Yanto Budiman Situmeang
Alfedri harusnya berada di zona nyaman. Apalagi ini masuk periode kedua, setelah hampir 18 tahun ia berkuasa di Siak. Dua periode sebagai wakil, pernah menjabat Pj, dan satu periode sebagai Bupati. Hampir tak ada nama yang berani melawan incumbent di Pilkada Siak, apalagi ia kembali maju bersama wakilnya, Husni Mirza.
Namun semuanya buyar ketika muncul penantang baru. Usianya masih sangat muda, 39 tahun. Perempuan pula. Namanya Dr.Afni Z.
Srikandi kelahiran Siak Sri Indrapura ini telah dikenal malang melintang di dunia aktivis, jurnalis dan berkarir di pemerintahan pusat sebagai Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Awalnya banyak yang meragukan niat Afni. Namun perlahan dalam setahun terakhir, sosialisasinya begitu masif ke kampung-kampung, gambarnya dimana-mana. Dukungan para tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh politik mengalir deras. Mantan Bupati Siak Arwin AS dan Syamsuar ikut berada dalam barisan perjuangan Afni.
Kiprah Afni sebagai pejuang hak hutan tanah rakyat, dan juga sebagai Ketua Muslimat NU Siak, terus menaikkan elektabilitas dan polularitasnya. Realitas ini tentu saja membuat kenyamanan incumbent benar-benar terganggu.
Seketika semua cara berbalut acara pemerintahan dibuat berbasis massa. Spanduk sampai kegiatan amal zakat pun diselipkan foto dan makna tersurat. Meski tidak disebutkan, tapi yang melihat juga tau, kalau Alfedri-Husni sedang mati-matian mengambil hati rakyat mumpung masih menjabat.
Namun sepertinya popularitas dan elektabilitas sang penantang tak terbendung. Apalagi Afni yang menggandeng anggota DPRD Siak tiga periode, Syamsurizal (Budi), secara mengejutkan mendapat dukungan Partai Golkar. 8 kursi tanpa mahar dan sudah pasti berlayar. Menyusul Nasdem dan Demokrat. Kamis 22 Agustus 2024 kemaren Nasdem telah menyerahkan bukti dukungannya kepada Afni dalam bentuk SK B1KWK. Bersama tandemnya Syamsurizal Afni sudah bertekad kuat untuk melakukan konsolidasi serta penguatan dalam berbagai dimensi guna menghadapi petahana maupun bakal kandidat lainnya termasuk Irving Kahar Simbolon.
"Mau berapa poros pun di Siak, kita siap lawan. InsyaAllah, menang atas ijin Allah dan dukungan rakyat. Mohon doanya", ujar Afni kepada awak media di kantor Nasdem Riau Jalan Diponegoro Pekanbaru.
Incumbent semakin dibuat tak nyenyak, setelah partai yang tersisa hanya tinggal dua, PDIP dan PKB. Jika salah satu partai lagi diambil Afni, maka selesailah sudah: " Head to head." Atau "beradu balak" istilah bahasa media.
Dari berbagai survey menunjukkan, jika head to head ini terjadi, maka hampir dipastikan pasangan incumbent yang tadinya nyaman berkuasa selama hampir dua dekade, tumbang oleh politisi muda anak si penjual lontong sayur kantin sekolah.
Saat Afni-Syamsurizal menerima B1 KWK Partai Nasdem, di hari yang sama terjadi manuver mengejutkan. Kadis PU Siak Irving Kahar dinyatakan maju dengan Sugianto, warga Pelalawan, anggota DPRD Provinsi Riau.
Semua orang pemerintahan dan masyarakat sekitar Siak juga tau, kalau Irving adalah salah satu orang dekat Alfedri. Bahkan mereka sahabat sejak masa sekolah. Irving bahkan bertahan sebagai Kadis PU selama belasan tahun, jadi pejabat sejak masa Arwin hingga Alfedri tidak terganti. Sehingga disebut sebagai salah satu Kadis kesayangan penguasa di lingkup Pemkab Siak. Fenomena ini menjadi sorotan publik. Ada yang menduga Irving memang sudah di plot di OPD basah itu guna mengisi pundi pundi kepentingan kekuasaan.
Majunya Irving menjadi manuver dengan dua asumsi liar. Pertama, hanya maju untuk memecah suara, menjadi calon boneka, demi tidak terciptanya head to head di Siak. Sehingga nantinya yang menang tetap petahana.
Asumsi kedua adalah, Irving pecah kongsi dengan Alfedri, karena beda pilihan di Provinsi. Alfedri kemana-mana sudah membawa Nasir. Sedangkan Irving maju hanya demi mendulang suara untuk SF Hariyanto. Dukungan ini sudah pernah ditunjukkannya saat Hariyanto turun ke Kandis. Saat itu Irving diduga kuat ikut mendampingi bahkan memobilisasi dukungan.
Irving tak peduli harus kalah melawan Alfedri. Irving juga tak peduli soal status ASN yang harus ditanggalkannya di penghujung pengabdian. Nafsunya bukan untuk berkuasa ataupun menang di Siak, tapi hanya untuk mendulang suara bagi SF Hariyanto. Ini bukan lagi ranah untuk kepentingan Siak, tapi sudah masuk pada kepentingan pribadi.
Lalu bagaimana dengan sang calon wakil, Sugianto? Namanya sempat muncul akan maju sebagai calon Bupati dari PKB bersama wakil Sahrul dari PDIP. Namun seiring waktu pasangan ini mulai redup dari peredaran karena disebut-sebut Sugianto tak memenuhi komitmen politik yang dijanjikan. Sugianto adalah warga asal Pelalawan, namun sangat ingin meraih kekuasaan di Siak, sampai lupa pada janjinya sendiri kala kampanye.
Kala itu, Sugianto sempat keliling bersama Afni. Hubungan sesama warga Nahdliyin membuat mereka saling tolong menolong. Afni ikut mengkampanyekan Sugianto sebagai calon wakil rakyat di Senayan, sedangkan Sugianto memperkenalkan Afni sebagai calon Bupati Siak.
Namun apa daya, Sugianto kalah telak di Siak. Dia kecewa, bahkan dikabarkan marah pada kalangan Kyai dan warga NU Siak. Hingga akhirnya banting setir ingin maju di Pilkada Siak sebagai Calon Bupati. Beberapa kalangan NU mencoba memujuknya agar tak maju, apalagi beberapa ulama kharismatik telah bersepakat, bahwa mereka kali ini ingin mengusung kader murni yang juga Ketua Muslimat NU, Afni.
Namun Sugianto tak peduli. Ia merasa punya segala di atas Afni, terutama masalah finansial. Bahkan sumber terpercaya mengatakan, Sugianto pernah meminta Afni untuk tidak maju saja dengan menawarkan mengganti semua uang yang pernah dikeluarkan Afni untuk kampanye.
Pilkada Siak yang awalnya adem ayem, kini mulai beriak. Alfedri goyang oleh Afni si penantang baru, dan akan bertarung dengan orang kepercayaannya sendiri Irving Kahar.
Alfedri bisa saja untung atau malah buntung. Untung karena pecah suara dan potensi menangnya semakin terbuka. Namun bisa saja buntung karena lubuk suaranya di kalangan PNS dan kontraktor diganggu anak buahnya sendiri.
Hal yang paling menarik, masuknya Irving dalam peta politik Siak, membuat linierisasi Pilkada mengarah semakin jelas pada tiga poros. Pilih Alfedri berarti memilih Nasir; pilih Irving berarti memilih SF Hariyanto; pilih Afni berarti memilih Syamsuar.
Jika niat majunya Irving hanya sebagai calon boneka demi Alfedri dua periode jadi Bupati, bukan tidak mungkin manuver ini malah menguntungkan Afni, yang akan melenggang sebagai Bupati perempuan pertama di Kabupaten Siak dengan melihat semakin massifnya bergulir dukungan.
Jika melihat dari sisi modal, hampir dapat dipastikan Irving-Sugianto butuh kerja keras dengan menguras isi tas. Karena elektabilitas mereka diperkirakan masih sangat rendah untuk sekedar melawan pendatang baru yang punya elektabilitas di bawah petahana.
Yang jelas, manuver Irving adalah kejutan yang mengorbankan semangat perubahan yang sedang menggema di Siak. Entah apa yang akan terjadi nantinya, kita liat aja paling lambat tanggal 29 Agustus 2024. Siapa sajakah yang mendaftar ke KPU Siak....?
Penulis adalah wartawan senior Riau, Wakil Pimpinan Umum berazamcom, Ketua DPD Pro Jurnalismedia Siber ( PJS) Riau