Senja di Pasar Tembilahan, Mimi: Potret Ketabahan Rakyat Kecil dan Harapan untuk Masa Depan

Senja di Pasar Tembilahan, Mimi: Potret Ketabahan Rakyat Kecil dan Harapan untuk Masa Depan
Paslon Nomor 3 Hj Mimi Lutmila saat blusukan ke pasar tembilahan, Selasa (29/10/2024).

Tembilahan,populisnews.com – Matahari hampir tenggelam di langit Tembilahan pada Selasa (29/10/2024), menyisakan lembayung senja yang memancarkan kehangatan di atas pasar yang mulai lengang.

Satu per satu lampu jalan dinyalakan, dan suara azan Maghrib terdengar dari masjid terdekat, mengiringi para pedagang yang berkemas pulang. Namun, di tengah pasar yang beranjak sepi, seorang wanita tua tetap duduk di lapaknya yang di depannya tersisa beberapa ikat kangkung dan bayam yang belum laku.

Di kejauhan, sosok Hj. Mimi Lutmila, yang dikenal sebagai ‘si Jilbab Merah’, baru saja selesai berkampanye di sekitar pasar. Melihat wanita tua yang masih bertahan di lapak kecilnya, Mimi menghampirinya dengan senyum ramah. “Sudah mau maghrib, Nek. Kenapa belum pulang?” sapanya lembut.

Mimi Lutmila blusukan ke pasar tembilahan

Sang nenek tersenyum, meski ada guratan kelelahan di sudut matanya yang berkaca-kaca. “Belum bisa pulang, Nak. Dagangan belum laku. Kalau pulang sekarang, besok tak ada modal buat jualan lagi,” jawabnya pelan.

Dengan nada yang mengandung ketabahan hidup, ia menceritakan kisah panjangnya sebagai pedagang sayur di pasar ini selama lebih dari 30 tahun. Dari sayuran-sayuran yang ia jual, ia membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya.

Blusukan Mimi pun berlanjut, membawa dirinya menyapa Rahman, seorang nelayan paruh baya yang tampak sedang menghitung hasil jualannya hari itu. Wajahnya terlihat lesu. “Bagaimana hasil hari ini, Pak?” tanya Mimi.

Rahman tersenyum kecut. “Tangkapan banyak, Bu, tapi harga ikan jatuh. Tanpa cold storage, kami terpaksa jual murah ke tengkulak. Padahal anak kedua saya mau masuk SMP, biayanya besar,” ungkapnya lirih.

Beberapa langkah dari situ, seorang perempuan bernama Yati terlihat tengah membereskan gerobak gorengannya. Lima belas tahun ia berjualan di pasar ini, namun perjuangannya belum mampu membawanya ke tempat yang lebih baik. “Mau up grade usaha, Bu, biar bisa jualan di tempat lebih bagus. Tapi modal dari mana? Bank minta agunan, rentenir bunganya mencekik,” keluh Yati.

Senja berganti malam, dan pasar semakin gelap. Namun, kegelapan yang sebenarnya ada di mata mereka yang terpaksa menahan asa --terjebak dalam jeratan kemiskinan.

Tembilahan, kabupaten dengan kekayaan alam yang berlimpah seperti kopra, pinang, ikan, dan kelapa, masih menyisakan banyak rakyat kecil yang berjuang sekadar untuk hidup layak.

Bagi Mimi, senja di Pasar Tembilahan adalah pengingat nyata tentang ketabahan rakyat kecil. “Inhil ini tak pernah kekurangan sumber daya, tak pernah miskin potensi. Tapi Inhil butuh pemimpin yang peduli dan mampu bertindak. Sejatinya, kemajuan daerah itu bukan dilihat dari banyaknya gedung tinggi atau jalan mulus saja, tapi dari senyum yang mengembang di wajah rakyat kecil,” tegas Mimi.

Jika diberikan amanah oleh rakyat Inhil, Mimi bertekad untuk membawa perubahan. Bukan hanya pembangunan infrastruktur, tetapi kesejahteraan yang bisa dirasakan hingga pelosok pasar kecil.

 

Malam telah tiba, dan azam itu kian kuat. Di bawah langit malam Tembilahan, ada harapan baru yang perlahan menyala.

Salah seorang warga Inhil, Satriya mengaku optimis jika Inhil dipimpin Mimi Lutmila, maka perkembangan dan pertumbuhan di daerah ini akan terwujud.

"Beri dia kesempatan untuk memimpin, maka akan dibuktikannya dengan kerja nyata. Menurut saya Inhil harus dipimpin dengan hati, dibangun dengan ilmu, dan dikelola dengan amanah. Semua ada di Paslon nomor tiga, Mimi Lutmila- Sufian," harapnya.(*)

 

Berita Lainnya

Index