Enok,populisnews.com - Malam itu di Kuala Enok terasa berbeda. Warga tumpah ruah memenuhi kediaman Ketua RT, menanti sosok yang telah lama dikenal dengan sapaan 'si Jilbab Merah', Hj. Mimi Lutmila.
Bukan sekadar bertemu, namun bagi mereka, kedatangan calon Bupati Inhil nomor urut 3 ini adalah sebuah jembatan penghubung untuk menyampaikan keresahan dan harapan yang lama terpendam.
Jarum jam menunjukkan pukul 20.00 WIB ketika Mimi Lutmila akhirnya tiba. Ditemani oleh Samino, anggota DPRD Inhil dari Fraksi PDIP, Mimi membuka pertemuan dengan senyum ramah dan ungkapan penuh makna, "Silaturahmi adalah jembatan hati."
'Si Jilbab Merah' Mimi Lutmila bersama emak-emak di pusaran Enok
Sejenak, suasana pun menjadi akrab. Di tengah kampanye yang bersifat dialogis ini, setiap warga merasa didengarkan dan dihargai, sesuatu yang terasa begitu berarti di hati mereka.
Di antara mereka adalah Ahmad, seorang petani sawit yang mulai membuka percakapan dengan keluhan soal infrastruktur jalan. "Saat hujan datang tiga bulan lamanya, jalan di sini hancur total," ujar Ahmad.
"Panen kami tertahan di kebun, dan itu membuat kami kesulitan. Kami sangat berharap Bu Mimi dapat membawa solusi jika nanti terpilih," sambungnya.
Tak ketinggalan, Aminah, penjual sayur di Pasar Enim, juga menyuarakan kesulitan yang ia alami. Atap pasar yang bocor membuat dagangannya sering kali basah terkena hujan.
Bagi Aminah, persoalan ini bukan sekadar masalah kecil, namun hal yang mempengaruhi mata pencahariannya sehari-hari. "Pasar tempat kami berjualan sudah tak layak lagi. Kami butuh perbaikan agar dagangan kami aman," harapnya.
Warga bergantung harap kepada Paslon nomor urut 3, Mimi Lutmila -Sufian
Tidak hanya soal ekonomi, isu fasilitas publik juga muncul dari suara Anto, seorang pemuda setempat. Dengan penuh semangat, ia menyampaikan perlunya tempat rekreasi bagi pemuda di wilayah tersebut.
"Lapangan voli kami sudah rusak. Ini satu-satunya tempat hiburan anak muda di sini. Kami butuh lebih banyak ruang untuk bermain dan berolahraga," ungkapnya, penuh harapan.
Bagi Mimi Lutmila, pertemuan 90 menit malam itu bukan sekadar agenda kampanye, melainkan sebuah kesempatan emas untuk menyelami kebutuhan masyarakat arus bawah. Setiap aspirasi dan keluhan ia catat, setiap harapan ia simpan sebagai janji yang ingin ia realisasikan.
Ketika malam semakin larut, Mimi mengakhiri pertemuan dengan sebuah janji dan semangat perubahan. "Pusaran Enok adalah cermin dari Inhil. Jika di sini menginginkan perubahan, pilihlah nomor tiga. Bersama, kita bisa mewujudkan Inhil yang lebih baik," ujar Mimi dengan penuh keyakinan.
Bagi warga yang hadir malam itu, kehadiran Mimi bukan sekadar pertemuan, namun sebuah bukti bahwa suara mereka tak lagi sekadar gema di dalam sunyi. Di bawah langit Enok, mereka menaruh harapan, dan mungkin, perubahan akan segera tiba.(*)