KERINCI, Populisnews.com - Kisruh dugaan pemotongan beasiswa KIP-Kuliah di IAIN Kerinci nampaknya terus menjadi pertanyaan. Senin (10/3/2025) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kerinci-Sungai Penuh melakukan aksi demo di depan gedung Rekretoran IAIN Kerinci.
Demo mahasiswa mempertanyakan dasar pemotongan senilai Rp 2,5 Juta per penerima terdiri dari sekitar 600 mahasiswa KIP-K. Mahasiswa juga menuntut tidak terjadi pemotongan Living Cost.
“Tidak masuk akal pemotongan Rp 2,5 juta per mahasiswa, dana living cost seharusnya hak penuh mahasiswa. Tidak boleh dipotong, “ kata kader HMI didepan Rektor Ahmad Jafar.
Mahasiswa juga menuntut dana living cost yang dipotong tersebut dikembalikan ke mahasiswa. “Kepada pimpinan kami mendesak agar mengkaji ulang soal pemotongan, dan soal pengelolaan dana transparan atau terbuka penggunaan dana pemotongan yang bersumber dari living cost,” tegasnya mahasiswa dari aliansi HMI.
Edilan Kurniawan ketua Umum HMI Cabang Kerinci-Sungaipenuh menilai dugaan pemotongan living cost KIP-K dinilai bermasalah. Karena dana living cost untuk mahasiswa tak mampu itu sepenuh hak mahasiswa.
“Uang kuliah 1 mahasiswa dari negara sudah ditanggung Rp 2,4 juta. Apasalahnya sisa dana itu digunakan mahat, program lainnya, sedangkan tidak semua mahasiswa uang kuliahnya 2,4 juta,” kata Edilan diorasi depan Rektor.
“HMI Cabang Kerinci menolak adanya pemotongan living cost KIP-K, sepakat teman-teman (mahasiswa) sepakat (kata mahasiswa didemo),” imbuh Edilan.
Sementara Rektor IAIN Kerinci Jafar Ahmad menerima demo mahasiswa tersebut, Jafar menjawab, pihaknya tidak berani mengelola dana tersebut,
“Kemarin sudah berdiskusi 3,5 jam, pada prinsipnya Kampus tidak mau memutuskan jika itu tanpa ada keputusan dari mahasiswa. Sekarang kembalikan ke mahasiswa,” kata Jafar.
Bahkan hampir 2 jam mahasiswa silih berganti mempertanyakan kembali transparan pengelolaan dana pemotongan living cost yang tersisia Rp 2 Milyar. Pemotongan living cost Rp 2,5 tidak terjadi lagi.
Sayangnya pihak rektor tidak bisa mengambil kesimpulan menyatakan pemotongan tidak terjadi lagi. Jafar malah tidak mau ikut campur, karena soal itu awalnya usulan mahasiswa.
Pantauan di aksi demo, tidak lama jafar menyambut mahasiswa. Jafar terlihat lelah dan meminta mengambil kursi untuk duduk sambil mendengar aspirasi itu. Jafar mengakui ia kondisi sakit dan duduk di kursi. (**)