SIANG yang sendu. Langit Kuansing dipulas warna hitam di sana-sini. Matahari di kabupaten yang dijuluki Kota Jalur itu masih bersembunyi di balik awan hitam. Mendung yang menggantung, seakan hendak runtuh. Mungkin sebentar lagi, noktah-noktah dari langit akan turun.
Di sepanjang Sungai Kuantan, ribuan orang memenuhi sisi sungai. Mata mereka menyiratkan penantian sebuah pertunjukkan warisan leluhur yang tak dimakan zaman: pacu jalur!
Di langit, rintik hujan mulai turun satu-persatu. Tak deras memang namun sudah cukup membasahi bumi Kuansing.
Nun di sana, di garis start, dua jalur atau sampan panjang bersiap digarisnya. Para pengayuh bersiap-siap melemaskan otot lengannya. Dayung digenggamnya erat-erat, penuh aura kemenangan. Begitu meriam diledakkan, dua sampan berisi masing-masing 50-an pemuda bertubuh kekar mengayuh sekuatnya, membelah riak sungai Kuantan yang berwarna kecoklatan.
Di haluan sampan, seorang bocah menari-nari pelan, penuh irama. Dengan kaki sedikit tertekuk, Rayyan Arkan Dikha (11), nama bocah laki-laki berstelan teluk belanga, tanjak, dan kacamata hitam itu melenggak-lenggokkan badannya. Gerakan tangannya sederhana, tetapi seirama dengan dayungan sampan puluhan pria dewasa di belakangnya.
Mulanya, kedua tangan bocah itu bergantian menepuk-nepuk udara diselingi Gerak tangan menggulung sebagai transisi pergantian. Selanjutnya, kedua tangannya bergantian mengayun depan-belakang. Seolah-olah memberi semangat bagi para pendayung agar lebih kuat mengayuh sampan menuju titik kemenangan.
.... Tiba-tiba saja dalam hitungan hari nama Rayyan Arkan Dikha melejit dengan Gerakanmenarinya yang menjadi viral sampai ke mancanegara, budaya pacu jalur pun ikut melambung.
Berkat dunia digital, budaya Kabupaten Kuansing itu kini sudah mendunia. Padahal di tahun sebelumnya, pacu jalur yang selalu digelar tiap tahun tak seheboh tahun ini. Tarian bocah yang berperan sebagai Togak Luan pada permainan pacu jalur asal Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, ini membuat dunia terbelalak dengan budayayang dimiliki Bumi Lancang Kuning. Padahal tak ada pakem khusus bagi seorang Rayyan saat menggerakkan tangannya hingga membentuk sebuah tarian. Dan dunia pun makin terpukau dengan keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia, sehingga budaya pacu jalur sempat diklaim berasal dari Negeri Jiran Malaysia.
“Saya sendiri yang menciptakan tariannya, dan itu tercipta secara spontan saja,” kata Rayyan Arkan Dhika yang akrab dipanggil Dhika ini, seperti dikutip bbc.com, Kamis (10/07).
Apalagi kini dengan trend Aura Farming-nya, Dhika bukan hanya terkenal di Indonesia saja tapi sudah menembus batas negara hingga tradisi warisan lelulur itu ikut terdongkrak karenanya. Bahkan lewat penampilannya, pemengaruh asal Amerika Serikat, Cullen Honohan, menjuluki Dhika sebagai The Reaper karena dianggap mampu mengambil jiwa lawan-lawannya melalui penampilan menarinya yang penuh semangat.

Semua orang dari berbagai belahan dunia seolah-olah kini tengah demam Aura Farming Dhika dengan gaya tarinya. Dari pemain sepakbola tingkat dunia, pebalap motor, para pejabat bahkan orang nomor satu di Provinsi Riau, Abdul Wahid, mengajak pegawai Pemprov Riau.
ASN dan sejumlah pejabat setempat tanpa ragu ikut bergabung, menirukan gerakan Dikha lewat tren “Aura Farming” Pacu Jalur, seperti dilansir mediacenter.riau.go.id, awal Juli lalu.
Trend Aura Farming Dhika mendadak dimiliki dunia. Gerakannya yang mudah diikuti dan unik, membuat Aura farming Dhika begitu gampang diingat. Dari trending Aura Farming itulah, budaya pacu jalur secara otomatis ikut terangkat.
Dilansir kompas.id, pacu jalur sendiri merupakan lomba pacu sampan asal Kuansing. Dalam bahasa lokal, jalur berarti sampan atau perahu. Permainan rakyat ini digelar setiap tahun di sepanjang Sungai Kuantan wilayah Kuansing, Riau.
Salah satu praktisi pacu jalur, Mahviyen Trikon Putra (48), menjelaskan bahwa bocah yang menari di haluan jalur dikenal dengan sebutan Togak Luan atau orang yang berdiri di haluan jalur. Togak berarti berdiri atau tegak, sedangkan Luan berarti haluan. Sebutan lainnya adalah anak joki.
“Togak luan berperan sebagai penyemangat bagi pendayung yang sedang berpacu. Gerakannya sekaligus jadi isyarat bagi penonton. Kalau dia berdiri, tandanya haluan jalurnya sedang unggul atas lawannya,” katanya, masih dikutip di situs yang sama.
Selain togak luan, ada tiga peran lain dalam tim pacu jalur, yaitu pendayung, timbo ruang, dan tukang onjai. Timbo ruang di bagian tengah jalur berperan sebagai pemberi komando, sedangkan tukang onjai di belakang jalur berperan sebagai penunjuk arah. Adapun kendali laju jalur berada di tangan para pendayung.
Satu balapan dalam pacu jalur biasanya diikuti oleh dua jalur dengan sistem gugur. Perahu kayu sepanjang 30-35 meter itu berpacu di sungai dengan panjang lintasan 800-1.000 meter. Satu tim biasanya terdiri atas 45-60 orang, termasuk satu togak luan, satu timbo ruang, dan satu tukang onjai.
Menurut dia, posisi togak luan memang diisi oleh anak usia 8-13 tahun dan berlangsung sejak permainan ini ada di Kuansing pada abad ke-17. Selain pertimbangan bobot dan kegesitan, ini juga bermakna masyarakat Rantau Kuantan sedari kecil punya keberanian.
“Syarat menjadi togak luan yaitu pandai berenang, punya keseimbangan tubuh yang baik, berdiri di atas haluan selebar 15-20 cm saat jalur melaju kencang dan harus punya mental yang kuat,” kata Mahviyen, yang semasa kecil pernah jadi togak luan ini.
Tak ada gerakan baku dalam aksi togak luan. Ia menyebut, aksi bocah-bocah itu merupakan inisiatif dan kreativitas masing-masing. Namun, ekspresi natural togak itulah yang justru menjadi salah satu daya tarik pacu jalur ini. Togak luan tidak selalu berdiri di sepanjang balapan. Bocah ini baru berdiri dan menari-nari saat timnya unggul. Jika tim tertinggal, togak luan biasanya duduk. Bahkan, pada momen tertentu, saat jalurnya tertinggal, togak luan melompat ke sungai.
“Itu biasanya bagian dari strategi karena ada pertimbangan aerodinamis dalam pacu. Togak luan terjun untuk mengurangi beban jalurnya supaya bisa mengejar lawan,” kata pria yang kini berperan sebagai timbo ruang di tim Jalur Rajo Bujang dari Desa Padang Tanggung Pangean ini.
Dampak Ekonomi Langsung
Siapa menyangka jika di tahun 2025, budaya pacu jalur menjadi momentum bagi aksi - aksi gerakan Dhika yang energik dan mampu menyihir jutaan pasang mata di dunia. Pacu jalur dan Aura Farming Dhika bagai dua sisi mata uang yang saling mengisi. Fenomena ini berkelindan secara langsung dan menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat Kuansing.
Kini banyak rumah warga disulap menjadi penginapan dadakan. Warung makan, kedai kopi, hingga usaha kecil lainnya ikut merasakan lonjakan omzet. Bahkan seorang kenalan penulis yang asli Pangean, Kuansing ini dan sudah lama merantau di Pangkalan Kerinci sebagai Oemar Bakri di salah satu sekolah kejuruan yang ada di Kabupaten Pelalawan, mengakui dampak ini.
“Memang berbeda dibanding tahun lalu, tahun ini banyak yang alih profesi menjadi pedagang dadakan. Yang tadinya petani, selama masa Festival Pacu Jalur (FPJ) ini berubah jadi pedagang kecil-kecilan dengan membuka lapak minuman atau pun sekedar tempat duduk yang disewa. Mereka tahu pacu jalur di tahun ini viralnya menembus batas negara, Aura Farming sudah menjadi milik dunia sehingga puncak acara FPJ pasti akan lebih membludak disbanding tahun-tahun kemarin,”kata Risna yang selalu pulang ke Pangean jika musim pacu jalur sudah dimulai.
Kondisi seperti ini diamini Bupati Suhardiman Amby. Menurut mantan Anggota DPRD Provinsi Riau dua periode ini, bahwa viralnya pacu jalur secara otomatis mendongkrak perekonomian masyarakat Kuansing.
Dari mulai penginapan, warung kopi, warung makan bahkan pedagang kaki lima dan kelontong pun turut merasakan dampak kecipratan rezeki pasca mendunianya pacu jalur
“Warung pecel laku keras, penginapan penuh, para pedagang girang dan warga tersenyum. Ini bukti bahwa tradisi bisa jadi sumber kesejahteraan jika dikelola dengan baik,” tambah Suhardiman.
Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, mengakui juga hal ini. Menurutnya, fenomena viralnya Aura Farming Dhika dengan pacu jalurnya menjadi peluang emas mengenalkan budaya Pacu Jalur secara global.
“Viralitas ini secara otomatis akan mendongkrak kunjungan wisatawan ke Riau, khususnya saat puncak FPJ yang digelar Agustus mendatang," katanya, seperti dikutip Cakaplah.com, awal Juli lalu.
Bahkan Kadis Pariwisata Riau itu memperkirakan, akan terjadi kenaikan jumlah pengunjung hingga 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya, apalagi didorong tarian anak Pacu Jalur di TikTok yang tembus lebih dari 15,2 juta kali ditonton.
Karena itu, untuk mendukung kelancaran FPJ tahun ini, Pemerintah Provinsi Riau juga telah menyiapkan perbaikan infrastruktur termasuk perbaikan jalan di Kuansing, sebagaimana disampaikan Gubernur Riau Abdul Wahid.
Hal yang kurang lebih sama disampaikan Kadis Budpar Kuansing, Drs Azhar MM, terkait hal ini, dilansir Riaupos.co. Menurutnya, dengan viralnya pacu jalur ke berbagai belahan dunia, pihaknya memprediksi tahun ini akan membludak melebihi tahun sebelumnya. Akan banyak tamu-tamu dari mancanegara maupun penikmat pacu jalur dari berbagai daerah di nusantara dan Riau akan datang melihat langsung tradisi pacu jalur ini.
“Mereka penasaran ingin menyaksikan secara langsung dari dekat iconik milik Kabupaten Kuantan Singingi ini. Bahkan sang maestro penyanyi dan pencipta lagu Young Black and Rich Melly Mike yang menjadi pengiring pacu jalur dan Rayyan Arkan Dikha akan hadir langsung di pacu jalur. Mereka akan ikut memeriahkan penutupan pacu jalur,” paparnya sumringah.
Karena itu, Pemkab Kuansing dan panitia pacu jalur saat ini terus menggesa terkait ketersedian hotel, wisma dan homestay yang akan digunakan untuk menampung para tamu tamu penting dan wisatawan mancanegara ke Kuansing. Booming-nya pacu jalur di tahun ini tentu akan jelas berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Jumlahnya masih kami hitung,” ujar Azhar.
Tak hanya itu, PHRI Riau dan Dinas Pariwisata juga tak ketinggalan untuk memperkuat promosi digital termasuk berkolaborasi dengan influencer internasional, guna memperluas gaung Pacu Jalur di kancah global.
Dengan perputaran ekonomi yang diperkirakan mencapai Rp75 miliar selama lima hari puncak FPJ nanti, event ini diharapkan tidak hanya melestarikan budaya tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui sektor UMKM, perhotelan, dan kuliner.
Keoptimisan akan banyaknya wisatawan lokal dan mancanegara ke Riau pada puncak FPJ pertengahan Agustus mendatang, diyakini juga oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau, Nofrizal.
Katanya, fenomena ini akan berdampak dengan naiknya okupansi hotel dan homestay. Seiring tingginya minat wisatawan diperkirakan akan memenuhi kapasitas hotel di Pekanbaru dan Kuansing.
“Jumlah hotel di Kuansing memang terbatas. Kami prediksi banyak hotel akan penuh, termasuk hotel di Pekanbaru. Kemungkinan wisatawan memilih pulang pergi dalam sehari. Namun, kami juga melihat potensi besar dari homestay yang dikelola masyarakat lokal,” ujar Nofrizal, dikutip dari Halloriau.com, Sabtu (12/7/2025).
Dia mengatakan bahwa pihaknya akan bersinergi dengan dinas pariwisata guna memberikan edukasi kepada pengelola hotel, wisma, dan homestay untuk menjaga standar pelayanan, termasuk kebersihan, keramahan, keamanan, dan kenyamanan bagi tamu.
Ini adalah momen emas untuk menunjukkan keramahan khas Kuansing kepada wisatawan domestik dan mancanegara.
Pesan Sang Bupati: Jaga Citra dan Lingkungan Kuansing
Suhardiman Amby yang bergelar Datuk Panglimo Dalam ini tak pernah bosan mengajak masyarakat Kuansing untuk tetap menjaga warisan budaya ini, tidak hanya secara fisik tetapi juga dari sisi nilai-nilai keramahannya. Karena menurutnya, semua citra akan menjadi rusak ketika sang tuan rumah tak baik menyambut para tamu yang datang.
“Mari kita jaga budaya ini bersama. Layani tamu sebaik-baiknya. Tunjukkan bahwa orang Kuansing itu ramah, hangat, dan peduli. Jangan sampai nama baik kita tercoreng,” tuturnya.
Pacu Jalur kini telah melampaui batas tradisi lokal. Ia telah menjadi festival budaya yang membawa nama Kuansing ke panggung dunia, simbol dari identitas, solidaritas, dan kebanggaan masyarakat Riau.
Bahkan jauh-jauh hari, Bupati Kuansing Suhardiman Amby kerap mengajak masyarakat untuk menyelamatkan Sungai Batang Kuantan dari kerusakan. Dia juga menghimbau Masyarakat untuk tidak lagi membuang sampah ke aliran sungai kuantan. Sehingga sungai yang ada tidak terjadi pencemaran.
Menurutnya, sudah saatnya kini semua pihak termasuk masyarakat memelihara Sungai yang ada demi keberlangsungan tradisi dan budaya pacu jalur. Karena selain sungai, semua pihak juga harus menjaga kawasan hutan dari aksi perambahan sehingga tradisi pacu jalur ini bisa bertahan dari generasi ke generasi.
“Belum terlambat, mari kita bersama-sama menjaga hutan dan sungai kita untuk keberlangsungan budaya pacu jalur," kata Bupati Suhardiman saat menghadiri kegiatan yang ditaja FDKKS di pendopo rumah dinas Bupati, seperti dilansir amanahnews.com, akhir Agustus tahun lalu.
Bupati menambahkan untuk mempertahankan tradisi pacu jalur pemerintah daerah saat ini telah menjalankan program melakukan penanaman bibit pohon untuk kayu jalur. Ke depan, dia berharap ada program dari pusat untuk melakukan penanaman bibit di sepanjang aliran sungai kuantan guna mengantisipasi terjadinya abrasi. Sehingga sungai yang ada terbebas dari abrasi dan kerusakan.
“Bisa tanaman bambu atau aur, bisa juga pohon lain yang dapat mencegah terjadinya abrasi di sepanjang Sungai Kuantan,” katanya.
Karena itu, demi keberlangsungan budaya pacu jalur ini dirinya berharap perhatian lebih dari pusat untuk membangun daerah aliran sungai kuantan yang sudah banyak terjadi abrasi.
Suksesnya FPJ Tahun Ini, Berkat Keberhasilan Kolektif
Ditahbiskan menjadi orang nomor satu di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) tanggal 14 Juli 2023, Bupati Suhardiman Amby yang kelahiran Pulau Panjang Hilir, kecamatan Inuman, Kuantan Singingi, ini sudah memasukkan pariwisata sebagai visi dan misi yang harus dijalankannya dalam periode kepemimpinannya yang kedua ini.
Mengusung jargon “Terwujudnya Kabupaten Kuantan Singingi yang Berbudaya, Religius, Maju, Berwawasan, Sejahtera dan Harmonis (KUANTAN SINGINGI NEGERI BERMARWAH) di Provinsi Riau Tahun 2026”, Drs. H. Suhardiman Amby, Ak., M.M Bersama wakilnya H, Mukhlisin, gencar dalam mempromosikan pacu jalur ke tingkat dunia.
Hal ini terbukti karena jauh sebelum pacu jalur menjadi top trending di berbagai media sosial, dalam berbagai lawatannya, orang nomor satu di Kabupaten Kuansing yang mengambil program magister di Universitas Lancang Kuning ini seperti dilansir riaumandiri.co tak bosan- bosannya mempromosikan budaya pacu jalur di berbagai kesempatan. Menurutnya, pacu jalur yang sudah masuk Top 10 Karisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, dapat menjadi momentum menggerakkan perekonomian bagi Masyarakat Kuansing.
Fenomena budaya milik nenek moyang mereka ini memiliki potensi dahsyat untuk dipromosikan, bahkan jika memungkinkan budaya pacu jalur yang pada awalnya hanya memperingati Hari Besar Islam ini bisa menjadi trending topik bagi wisatawan lokal maupun luar.
“Saya berharap Festival pacu jalur ini mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat,” jelas Suhardiman Amby saat membuka pacu jalur di Kecamatan Gunung Toar, tahun 2024 lalu, seperti dikutip dari kuansing.go.id.
Ini artinya, Bupati Suhardiman yang genap berusia 56 tahun di tanggal 16 Juli 2025 ini, percaya dan yakin bahwa promosinya soal budaya pacu jalur yang telah berusia ratusan tahun itu, takkan salah pilih dan akan menemui momentumnya suatu saat nanti.
Sebagai orang asli kelahiran Kuansing, Suhardiman Amby tahu persis betapa pacu jalur yang dimiliki kabupatennya ini memiliki potensi wisata yang mampu untuk "dijual" ke Tingkat lokal maupun mancanegara, sehingga hal itu dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat yang dipimpinnya. Dan satu tahun kemudian keinginan Bupati Suhardiman itu terbukti!
Kepalang tanggung pacu jalur dan Aura Farming-nya Dhika telah mendunia, Bupati Kuantan Singingi, Drs. H. Suhardiman Amby, MM, langsung melakukan kunjungan resmi ke Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, dikutip kuansing.go.id, Rabu (9/6/2025), untuk memperkuat upaya pelestarian dan promosi budaya Pacu Jalur sampai ke tingkat dunia.
Pertemuan resmi yang berlangsung hangat dan penuh keakraban ini berlangsung di Gedung A lantai 2 Kementerian Kebudayaan, Jakarta. Bupati Suhardiman tak lupa membawa Sang Toguk Luan, Rayyan Arkan Dhika, didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kuansing, Drs. Azhar. Kehadiran orang nomor satu di Kuansing langsung disambut Menteri Kebudayaan, Fadli Zon. Politisi Gerindra ini seketika langsung menyatakan apresiasi dan dukungannya terhadap langkah Pemerintah Kabupaten Kuansing dalam melestarikan warisan budaya Pacu Jalur.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Suhardiman menyampaikan terima kasih atas perhatian Menteri Fadli Zon yang telah memberi ruang bagi kabupaten yang dipimpinnya untuk menyuarakan langsung potensi budaya yang telah berakar selama lebih dari satu abad.
“Tradisi Pacu Jalur ini sudah berlangsung sejak tahun 1905, pertama kali dikenal pada masa penjajahan Belanda. Awalnya digunakan untuk memperingati hari Besar Islam dan juga sebagai alat transportasi hasil bumi, kemudian berkembang menjadi perlombaan perahu yang dipersembahkan untuk Ratu Wilhelmina setiap 31 Agustus," jelas Suhardiman, seperti dikutip situs Pemkab Kuansing.
Setelah Indonesia merdeka, ceritanya, Pacu Jalur bertransformasi menjadi agenda tahunan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI setiap bulan Agustus, dan kini telah menjadi salah satu agenda pariwisata nasional yang dibanggakan.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam kesempatan itu juga menyampaikan bahwa Pacu Jalur sudah masuk menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia yang sangat berhargadan telah diakui secara nasional sejak 2015. Bahkan ia menegaskan komitmennya untuk mengangkat Pacu Jalur ke panggung dunia.
“Tradisi pacu jalur ini memiliki nilai historis, budaya, dan kearifan lokal yang kuat. Kami dari Kementerian Kebudayaan siap mendukung penyusunan kajian, naskah akademik, serta dossier yang dibutuhkan untuk mendaftarkannya sebagai Warisan Budaya Dunia,” tegas Fadli Zon seraya memuji Pacu Jalur sebagai tradisi ekspresif yang mengandung nilai estetika tinggi. Diakui Menteri yang merupakan aktivis 1998 ini, bahwa antrian pengajuan WBTb cukup panjang namun dirinya tetap optimis dan siap memperjuangkan warisan budaya kebanggaan masyarakat Kuansing.
Ini artinya, pertemuan dua petinggi dari Kabupaten dan orang nomor satu di Kementerian Budaya ini menjadi satu langkah besar Pemerintah Kabupaten Kuansing dalam mendorong budaya lokal ke panggung internasional, sekaligus memperkuat posisi Pacu Jalur sebagai symbol identitas, semangat kebersamaan, dan warisan leluhur yang tak ternilai harganya.
“Ini bukan sekadar lomba cepat, tetapi juga pertunjukan budaya yang menggambarkan kekompakan, semangat kolektif, dan kearifan lokal. Ini warisan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang patut dijaga,” ujar Fadli Zon, dikutip kuansing.go.id.
Dengan rendah hati, Bupati Suhardman Amby mengakui bahwa mendunianya pacu jalur di tahun ini berkat seluruh elemen masyarakat yang turut mempopulerkan Pacu Jalur ke panggung global. Dia menilai melambungnya budaya pacu jalur ke tingkat dunia berkat peran semua pihak, baik langsung atau tak langsung, yang turut terlibat melejitkan Aura Farming Dhika berikut pacu jalurnya.
“Artinya, ini adalah keberhasilan kolektif. Karena itu, saya berterimakasih pada kawan- kawan jurnalis, Tiktoker, Youtuber, konten kreator, pelajar, perangkat desa hingga aparat. Semua punya peran. Kalian adalah pejuang budaya yang begitu mencintai Kuansing,” kata Suhardiman dalam keterangan resminya, dilansir wartarakyatonline.com.
Menurutnya, melalui konten-konten viral di media sosial, Pacu Jalur telah menjadi fenomena digital. Video aksi anak pacu yang energik dan ritmis di atas jalur atau perahu Panjang mampu menyedot perhatian jutaan penonton di TikTok, Instagram, dan YouTube. Visualisasi gerakan yang selaras dan penuh semangat membuat tradisi ini bukan hanya dipandang sebagai perlombaan, melainkan sebagai seni pertunjukan budaya.
Pacu Jalur: Mahakarya Warisan Leluhur Nenek Moyang Masyarakat Kuansing
Merangkum dari publikasi nilai-nilai karakter dalam budaya pacu jalur pada masyarakat Teluk Kuantan Provinsi Riau, dijelaskan bahwa lomba ini juga mengandung nilai persatuan dalam Pancasila. Nilai ini dibuktikan pada rangkaian pembuatan jalur, misalnya Rapek Banjar yang bertujuan untuk membentuk panitia pembuatan Jalur.
Bahkan di mesin pencarian google dijelaskan secara gamblang, bahwa tradisi Pacu Jalur di Kuantan Singingi mencerminkan nilai-nilai Pancasila, terutama persatuan dan kesatuan, gotong royong, serta sportivitas.
Masyarakat Kuantan Singingi menunjukkan solidaritas yang kuat dalam setiap tahapan pembuatan jalur, mulai dari menebang kayu hingga menariknya ke sungai. Nilai-nilai ini sejalan dengan semangat Pancasila yang menjunjung tinggi persatuan, kebersamaan, dan keadilan.
Nilai-nilai Pancasila dalam Pacu Jalur
Pada Sila Petama yang bebunyi ketuhanan yang maha esa. Mengajarkan pada masyarakat Kuantan Singingi percaya bahwa kesuksesan pacu jalur tidak hanya bergantung pada usaha manusia, tetapi juga atas izin Tuhan. Hal ini tercermin dalam doa dan ritual yang dilakukan sebelum perlombaan.
Di sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab menganut nilai-nilai kemanusiaan terlihat dalam sikap saling menghormati, menghargai, dan gotong royong antar anggota tim dan masyarakat. Pembuatan jalur dan pelaksanaan pacu jalur melibatkan banyak orang dari berbagai latar belakang, menunjukkan kesetaraan dan persaudaraan.
Pada sila ketiga, Persatuan Indonesia, Pacu jalur memperkuat rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Kuantan Singingi. Solidaritas dalam pembuatan jalur dan semangat juang dalam perlombaan hingga menyatukan mereka sebagai satu kesatuan yang utuh.
Sedangkan makna yang termaktub di sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Musyawarah dan mufakat menjadi bagian penting dalam tradisi pacu jalur. Keputusan- keputusan penting terkait pembuatan jalur dan pelaksanaan lomba diambil melalui musyawarah bersama, dan itu mencerminkan nilai demokrasi serta musyawarah.
Terakhir sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Meskipun ada persaingan, pacu jalur juga mengajarkan pentingnya sportifitas dan keadilan. Semua peserta memiliki kesempatan yang sama untuk menang, dan perlombaan berlangsung dengan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas dan fair play.
Dengan demikian, pacu jalur bukan hanya sekadar perlombaan saja tetapi juga menjadi cerminan nilai-nilai luhur Pancasila yang hidup untuk kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan masyarakat Kuantan Singingi. Tradisi ini menjadi perekat sosial yang kuat dan mengajarkan nilai-nilai penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tak bisa dipungkiri, bahwa dibalik gegap gempita viralnya tradisi Pacu Jalur, ternyata tersimpan nilai-nilai luhur dan filosofi mendalam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi yang kemudian dirangkum oleh Founding Father Indonesia dalam satu kalimat: Pancasila!
Diakui atau tidak, nenek moyang masyarakat Kuansing mungkin takkan pernah menyangka jika tradisi yang satu abad lebih lalu mereka lakukan sebagai alat transportasi utama masyarakat desa di sepanjang Sungai Kuantan untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu ternyata kelak di kemudian hari menjadi mahakarya budaya tak ternilai bagi anak cucu mereka di zaman ini.
Sebuah mahakarya kearifan lokal yang kini tengah menapaki panggung dunia, dan ternyata mengandung nilai-nilai luhur sejati yang diwariskan para pendahulu Masyarakat Kuansing - jauh sebelum Indonesia merdeka - yang kemudian menjadi dasar dari jiwa bangsa ini yakni kerjasama, persatuan dan kesatuan, musyawarah mufakat, kesabaran, kegigihan dan gotong royong, itu dihidupkan terus di masyarakat Kuansing dalam budaya pacu jalur termasuk penghormatan terhadap alam yang telah menghidupi mereka sejak ratusan tahun silam.
Nilai-nilai luhur yang saling berkolaborasi serta saling melengkapi itulah yang pada hakekatnya membentuk jiwa Indonesia sebenarnya, untuk kemudian memupuk kesempurnaan menjadi sebuah bangsa yang kuat: bangsa Indonesia! Lantas, apakah rela jika nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya pacu jalur berusia ratusan tahun ini harus luntur tergerus arus modernisasi dan dunia yang semakin menua?
Ada begitu banyak Ada begitu banyak jalan menjaga dan merawat serta memupuk nilai-nilai luhur dalam budaya pacu jalur itu agar tak terseret zaman yang semakin hiruk pikuk. Budaya pacu jalur yang notabene merupakan reinkarnasi warisan leluhur masyarakat Kuansing adalah salah satunya.
Sosok Bupati Suhardiman Amby adalah "pelaku utama" berkelanjutan yang dengan segala kebijakan dan gencarnya mempromosikan budaya pacu jalur ini hingga menembus batas-batas geografis Indonesia.
Laki-laki beristrikan Yulia Herman dan dikaruniai empat orang anak inilah yang sampai kini dalam jabatannya sebagai Bupati Kuansing untuk kedua kalinya ini terus memupuk dan merawat kembali jiwa masyarakat Kuansing dalam menjaga nilai-nilai luhur itu agar tetap ada. Dan percaya lah, bahwa segala sesuatu yang dibentuk dari dalam jiwa Indonesia yang sejati, tak akan pernah luntur terkikis waktu. Semoga!
Penulis : Apon Hadiwijaya