Mahasiswa Kritis Atau Tidak Sama Sekali

Mahasiswa Kritis Atau Tidak Sama Sekali
Ketua JMSI Pelalawan Erik Suhenra S.I.Kom, Demisioner IPM-KK Ricardo dan Ketua Himapel Bandung Owen Prayoga Diskusi Peran Kritis Mahasiswa.

Pada tahun tahun 1950-an sampai puncaknya pada tahun 1998 begitu banyak kontribusi yang diberikan mahasiswa terhadap bangsa ini.

Mahasiswa berkumpul bersama menyatukan kekuatan memperjuangkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dulu pergerakan mahasiswa dalam aksi demo, aksi damai, aksi unjuk rasa, dengan itulah cara mahasiswa  menunjukan beberapa bukti sikap kritisnya.

Dengan atas nama rakyat, mahasiswa menyatukan kekuatannya, untuk bagaimana bisa memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Begitu banyak dinamika-dinamika di negeri ini yang mahasiswa hadapi, berkat semangat dan kekompakan dari mahasiswa, akhirnya segala hal mampu terlewati dengan baik.

Hal yang serupa dulunya banyak  mahasiswa di Pelalawan pada masanya yang amat kritis. Namun hari ini seperti ada pergeseran makna dari kata mahasiswa.

Sedikit demi sedikit banyak mahasiswa yang lupa akan peran dan fungsinya. Yang terjadi hari ini, mahasiswa hanya fokus pada satu bidang yang dijalani saja, dengan alasan ingin mendapatkan nilai yang tinggi.

Tentunya, anggapan yang tersebar bahwa mahasiswa yang memperoleh nilai tinggi dianggap sebagai sosok yang pintar. Tidak peduli masalah disekitar masyarakat asal mereka duduk nyaman di ruangan, katanya lagi fokus belajar.

Tak hanya itu, begitu banyak mahasiswa pada saat ini yang disibukkan dengan hiburan semata seperti halnya karokean, party dan bermain game.

Oleh karenanya mahasiswa telah mengalihkan peran dan fungsi mahasiwa yang sesungguhnya, yang sudah tergantikan dengan berkumpul di warung kopi sambil wifian untuk bisa bermain game.

Masih begitu banyak aktifitas mahasiswa saat ini yang keluar dari peran dan fungsinya. Sepertinya, menjadi mahasiswa yang sesungguhnya adalah masalah bagi mahasiswa lainnya. Perlu adanya kesadaran kolektif dalam menyikapi masalah ini.

Yang harus kita sadari bersama, kita sekarang bukan lagi siswa biasa, kita adalah mahasiswa yang sudah terbiasa untuk lantang berbicara dan berani menyuarakan kebenaran di hadapan penguasa.

Jangan hanya sekedar kita menggaung-gaungkan bahwasannya mahasiswa adalah agen of change, agen of control dan lain sebagainya, namun kita masih bersikap apatis terhadap masyarakat.

Kita masih takut ketika berhadapan dengan para penguasa. Jangan sekedar berlagak politisi, tapi masih ciut ketika dihadapkan dengan penguasa.***

Berita Lainnya

Index