Pekanbaru,populisnews.com – Di tengah senyapnya malam di Desa Tanjung Leban, Dusun Air Raja, suara bising alat berat memecah kesunyian. Tak kurang dari sepuluh ekskavator dikabarkan bekerja tanpa henti, meratakan ribuan hektare kawasan hutan negara di Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Hutan yang dulu hijau kini berubah menjadi ladang luas, diduga untuk perkebunan sawit ilegal, dengan aroma keterlibatan oknum penegak hukum sebagai pelindung operasi terlarang tersebut.
Warga setempat semakin resah. Mereka mengaku telah berkali-kali memperingatkan para pelaku, namun hanya menerima ancaman balik.
Dikutip dari detakindonesia co.id, salah satu tokoh masyarakat Dusun Air Raja, berinisial SK menuturkan bahwa areal yang dirambah adalah Hutan Produksi (HP) yang statusnya dilindungi oleh negara. Namun, segala upaya mereka untuk melindungi hutan seakan menemui jalan buntu.
“Kami tidak ingin terjadi bentrokan. Kami hanya ingin kawasan hutan ini dilindungi sesuai hukum yang berlaku. Jangan sampai orang luar datang seenaknya menebang pohon, mengambil kayu balak, dan mengklaim tanah untuk dijadikan lahan perkebunan sawit,” tegas SK, Kamis (19/12/2024).
Tak hanya itu, SK mengungkapkan dugaan keterlibatan cukong dari Dumai yang bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk menguasai lahan. Ia menyebut praktik serupa telah lama terjadi, di mana hutan negara dirambah dan dijadikan lahan pribadi. Bahkan, beberapa lahan diduga kuat dimiliki oleh oknum aparat.
Benturan Hukum
Intimidasi dan ancaman tak menghentikan warga untuk bersuara. Mereka meminta Kapolda Riau Irjen Pol Mohammad Iqbal untuk segera bertindak tegas. Masyarakat khawatir, jika dibiarkan, konflik sosial akan pecah, selain dampak lingkungan yang tak terelakkan.
“Kami meminta pemerintah serius menangani kasus ini. Jangan sampai masyarakat merasa tidak dilindungi, sementara pelaku bebas beroperasi,” tambah SK.
Sementara, Mantan Gubernur Riau, Edy Natar Nasution, turut angkat suara. Ia menyoroti dugaan keterlibatan oknum aparat yang melindungi aktivitas ilegal ini. "Masalah ini harus segera dihentikan. Jika benar ada oknum di belakangnya, bongkar semuanya. Videokan kalau perlu! Presiden Prabowo sedang gencar menertibkan korupsi dan ketidaktertiban lainnya, masa ini dibiarkan?" katanya geram.
Edy menegaskan pentingnya peran semua pihak, termasuk Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), untuk segera turun tangan. Jika tak ada reaksi, ia bahkan siap memimpin aksi langsung di lapangan bersama para tokoh lainnya.
Jeritan yang Terabaikan
Kasus di Tanjung Leban menambah daftar panjang perambahan hutan di Riau, provinsi yang dikenal dengan tingkat deforestasi tertinggi di Indonesia. Laporan seperti ini bukan hal baru, namun sering kali berakhir tanpa solusi nyata.
Masyarakat Tanjung Leban berharap, jeritan mereka kali ini didengar. Bagi mereka, hutan bukan sekadar wilayah, melainkan warisan yang harus dijaga. Tanpa tindakan nyata, kawasan yang kini dipenuhi suara alat berat bisa berubah menjadi saksi bisu dari kehancuran lingkungan yang dibiarkan.
"Riau ini mau jadi apa?Hutan kita habis, masyarakat sengsara, sementara para pelaku melenggang bebas. Apakah ini yang kita wariskan untuk generasi mendatang?" pungkas mantan Danrem 031/WB ini
Kini, semua mata tertuju pada pihak berwenang. Akankah jeritan ini dijawab dengan tindakan nyata, atau kembali terkubur di antara sisa-sisa pepohonan yang tumbang?(*)