Seminar Nasional HUT ke-2 PJS, Pakar Komunikasi: Tekhnologi AI dalam Jurnalisme Bisa Membantu Sekaligus Mengancam

Seminar Nasional HUT ke-2 PJS, Pakar Komunikasi: Tekhnologi AI dalam Jurnalisme Bisa Membantu Sekaligus Mengancam
Ir. Ridar Hendri, M.Si, Phd

Jakarta,populisnews.com - Pakar komunikasi pembangunan dan media Universitas Riau, Ir Ridar Hendri MSi PhD, mengingatkan agar kaum jurnalis siber berhati-hati dalam menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI) untuk membantu meringankan tugas-tugas jurnalistik. Sebab, meski teknologi AI dapat memberikan kemudahan dalam  bekerja, tapi dapat juga menjadi bencana jika salah menggunakannya.

Hal itu dipaparkannya saat tampil sebagai pembicara bersama Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Prof Dr Widodo Muktiyo dalam Dialog Nasional "Transformasi Jurnalis di Era Digitalisasi" di Hotel Acacia, Jakarta, Senin malam (27/5/2024). Giat ini diselenggarakan dalam rangka HUT ke-2 organisasi Pro Jurnalismedia Siber (PJS).

Menurut Ridar, teknologi AI di satu sisi dapat membantu wartawan dalam hal otomatisasi penulisan berita, analisis data dan prediksi, pemantauan media sosial, dan pencaharian informasi dan fakta. Tapi di lain sisi, teknologi ini bekerja hanya meredefinisi sesuatu hal berdasarkan jutaan data yang tersimpan di big data.

"Jika data yang dijadikan dasar oleh sistem AI ternyata salah, maka karya jurnalistik yang dibuat wartawan berdasarkan bantuan teknologi AI, tentu akan salah juga," kata doktor komunikasi pembangunan lulusan Universiti Selangor Malaysia itu.

Dia mengingatkan, bahwa saat ini timbul kekhawatiran di dunia jurnalistik, karena kita saat ini berada di era post-truth, pasca kebenaran, dunia dimana masyarakat susah membedakan mana yang benar mana yang salah. Di era ini, informasi-informasi hoaks yang banyak berseliweran di sistem online, secara otomatis akan tersimpan dalam big data.

"Nah, ketika nanti jurnalis ingin menggunakan AI untuk memperoleh data, maka data yang diberikan big data adalah data yang salah, sehingga karya jurnalistik yang dihasilkan pun, akan salah. Ini bahayanya," kata Ridar.

Ironisnya, lanjut dia, ekosistem media sekarang lebih menghargai berita sederhana tapi populer, ketimbang berita serius/investigasi tapi tidak viral.  Karena itu, pengelola media harus memiliki strategi untuk menyiapkan para jurnalisnya. Diantaranya melalui program pendidikan dan pelatihan, kolaborasi dan adaptasi jurnalis dengan mesin/robot AI itu sendiri.

"Ini harus dilakukan, karena meskipun cerdas, tapi robot AI tidak punya jiwa dan tak mengerti etika. Hanya jurnalis lah yang bisa menjaga prinsip-prinsip etika itu dlam tugas-tugas jurnalistik," pungkasnya.(*)

Berita Lainnya

Index