Desa Rantaubaru Dalam Sejarah (1)

Asal Muasal Rantaubaru dan Datuk Sati Diraja

Asal Muasal Rantaubaru dan Datuk Sati Diraja
Datuk Engku Raja Lela Putera bersama Datuk Sati Diraja Rantaubaru DR H Griven

Rantaubaru,populisnews.com - Dalam elu-eluannya saat penobatan Datuk Sati Diraja Rantaubaru yang dilaksanakan, Rabu (21/6/2023) kemarin, Ketua DPH LAMR Provinsi Riau, Datuk Seri H Taufik Ikram Jamil mengatakan, Kabupaten Pelalawan merupakan tonggak Melayu yang paling dahsyat.

Disini ada persebatian antara kebudayaan tradisi (keberadaan batin) dengan kebudayaan klasik (kesultanan) dan modern (pemerintah daerah sekarang). Dan ketiganya bisa menempatkan diri hingga saat ini. Sehingga tercipta kondisi masyarakat adat yang aman, tentram dan harmonis.

Tak berlebihan jika tersebut sama orang-orang tua dulu dan kini, jika mau mencari orang hebat atau pejabat, datanglah ke Desa Pelalawan. Jika mau mencari saudagar kaya datanglah ke Desa Kuala Terusan. Tapi, kalau mau mencari ulama, datang lah ke Desa Rantaubaru.

Desa Rantaubaru merupakan salah satu desa yang menarik untuk ditelisik asal muasalnya, khususnya soal adat dan keberadaan ulama disana. Ditopang dua potensi daerah yakni, Danau Sipinjung dan Sungai Boko-boko, tatanan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, pola hidup pun berpegang teguh pada adat dan budaya yang sudah tercipta sejak lama.

Desa yang keberadaannya di pinggiran sungai Kampar ini merupakan bagian dari Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, yang luas wilayahnya lebih kurang 10.000 Ha.

Ceritanya, Desa Rantau Baru sudah ada sejak 300 tahun yang lalu. Disebut Rantau Baru, konon di sepanjang pinggir Sungai Kampar banyak tumbuh pohon yang namanya Baru-Baru.

"Kehidupan masyarakat dulu disana tidak menetap. Jadi kalau ada yang datang dan ditanya darimana, mereka menjawab dari 'antau bau bau'. Lama kelamaan namanya berubah menjadi Rantau Baru," ucap Syekh H Abdul Gani, salah seorang tokoh masyarakat di Rantaubaru.

Adapun batas kerajaan Pelalawan di Kampar Kanan itu sederas-deras air pancuran batang (Sungai) Kelapas. Batas di Kampar kiri Pulau Mengkaka. Batas dengan Siak itu air cucur ke Sungai Kampar. Sedangkan batas dengan Kuansing air cucur ke Sungai Kampar.

Terkait sejarah keberadaan Datuk Sati Diraja Rantaubaru disampaikan oleh Datuk Engku Raja Lela Putera, Selasa (20/6/2023). Dia mengatakan, apa yang disampaikan ini didapat secara turun temurun dari datuk-datuk terdahulu.

Pertama sekali, Bunda Kanduang yang disebut Tuan Gadis itu mengantar salah seorang dari suku Melayu bergelar Datuk Lasmana. Datuk Lasmana ini diserahkan kepada Maharaja Dinda di Pekan Tua (Kampo), tepatnya di Kuala Sungai Nilo.

Oleh Maharaja Dinda, Datuk Lasmana ini kemudian diberi gelar Datuk Sati Diraja. Namanya diubah agar tidak ada lagi kaitan dengan Bunda Kanduang, sebab sudah diserahkan. Inilah asal muasal lahirnya Datuk Sati Diraja yang dibawa Bundo Kanduang dari Tanah Datar, Baru Sangkar,

Dari sinilah baru muncul adat istiadat di Kerajaan Pelalawan. Dari sini pula terbentuk perkumpulan adat disusul dengan terbentuknya batin-batin dan penghulu yang lain.

Setelah perang Siak dengan Pelalawan, Gelar Datuk Sati Diraja diubah oleh penguasa saat itu menjadi Batin Sibokol-bokol. Padahal dalam peta Belanda hal ini tidak ada. Yang ada itu Perbatinan Rantaubaru.

"Karena pemerintah yang merubah, saya ngikut aja lagi. Tapi tidak meninggalkan nama Datuk Sati Diraja Rantaubaru," ungkap Datuk Engku Raja Lela.

Lantas, apa hubungan Datuk Engku Raja Lela Putera dengan Datuk Sati Diraja? Diceritakan, hubungan keduanya tidak bisa diputus.

Keduanya sudah bersumpah setia, tidak berkhianat. Isi sumpahnya, Ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat, di tengah digigit kumbang. Hidup onggak, mati tak mau. Sumpah ini berlalu kepada siapa yang berkhianat.

Kemudian Bundo Kanduang balik ke Tanah Datar. Tapi datang lagi dengan membawa seorang lagi dari suku yang berbeda, yakni Suku Meniling yang bergelar Datuk Sari Koto. Hal Ini dilakukan Bundo Kanduang agar nanti tidak terjadi perkawinan satu suku.

Dulu memang hanya ada 2 suku di Desa Rantaubaru, tapi seiring perkembangan zaman, kini sudah ada tiga suku. Yakni, Suku Melayu Tuk Tuo (mamak sukunya Datuk Sati Diraja), Suku Meniling ( mamak sukunya Datuk Sari Koto), dan Suku Melayu Tuk Mudo (mamak sukunya Datuk Paduko Suanso).

"Terkait batas adat istiadat, itu dari si gelang-gelang ke hulu memakai adat bersendi syarak, ke darat memanjang. Dari si gelang-gelang ke hilir itu memakai syarak semata. Untuk diketahui, air si gelang-gelang ini adalah pusaran air sungai yang terletak di Sungai Nilo," pungkas Datuk Engku Raja Lela Putra.(sir)
 

Berita Lainnya

Index